Ada beberapa kalimat yang seharusnya selesai dengan tanda titik. Ada jeda berhenti (sesaat). Bukan untuk melupakan yang telah digariskan Tuhan, tetapi lebih megutamakan ketidaktamakan dalam menikmati momenNya. Mulai bernapas lagi, mengalihkan dunia pada sudut pandang lain, dan merangkum cita-cita mulia untuk dirintis perjalanan selanjutnya.
 
Tak ada cinta di dunia ini yang ambigu, semuanya jelas dengan alasan yang dinyatakan atau ditanyakan. Demikian pula dengan tanda titik yang menjadi penentu judul buku ini. Bukan sebab akhir dari suatu pencapaian, akan tetapi aku akan mengambil celah untuk berjeda dengan hiruknya sesak di dada.
 
Selanjutnya, barangkali akan kukabarkan lagi ke mana tualang akan membawaku pergi(?)